What is more valuable than a brotherhood in the cool air of Mendale Bay? Even a piece of gold becomes worthless. The warmth flows from sincerity and strong bonds of brotherhood.
When the warmth of a brotherhood is strengthened by music that never stops playing, coffee that leaves a lasting imprint on the tongue and heart, and the harmonious sounds of nature, then we feel like we feel a piece of heaven that is not hidden in the deepest heart.
That's what I felt like a slice of heaven when my friends and I stopped several times at Teluk Mendale Café on Jalan Takengon - Bintang Origon, Kebayakan District, Central Aceh. Here everything blends together naturally, flowing calmly like the water surface of Lake Lut Tawar.
Mendale Bay Cafe combines all the beauty that exists. It is not wrong that many visitors enjoy all this combined beauty. Once or twice is not enough, even several times will not cause boredom. The aroma of coffee, music and beautiful nature will always call us to come back again, again, and again.
When there were campus activities in Takengon, we anchored in Mendale Bay. Throw anchor at the bottom of Lake Lut Tawar and spend time there with casual chat until dark falls. Likewise when gathering with the 1991 alumni of STM Negeri Bireuen. The strong friendship between us seemed to be taking root at Mendale Bay. When this atmosphere was immortalized in the #monomad photo parade, the beauty felt perfect.
Here I photographed that warmth with a Canon SLR D-100 camera as well as an old iPhone 7 Plus. I was also the object of a friend's photo with the backdrop of Lut Tawar Lake, whose beauty cannot be negotiated.[]
Kopi, Musik, dan Kehangatan di Teluk Mendale: Monomad
Apa yang lebih berharga dari sebuah persaudaraan di tengah sejuknya udara di Teluk Mendale? Bahkan sebongkah emas pun menjadi tidak bernilai kehangatan mengalir dari ketulusan dan ikatan persaudaraan yang kuat.
Ketika kehangatan dari sebuah persaudaraan itu dikuatkan dengan musik yang tak putus mengalun, kopi yang meninggalkan jejak abadi di lidah dan hati, serta suara alam yang harmoni, maka kita bagai merasakan sepotong surga yang tidak terletik dalam hati terdalam.
Potongan surga itulah yang terasa ketika saya dan kawan beberapa kali singgah di Teluk Mendale Café di Jalan Takengon – Bintang Origon, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Di sini semuanya menyatu secara alamiah, mengalir tenang laksana permukaan air Danau Lut Tawar.
Kafe Teluk Mendale menggabungkan semua keindahan yang ada. Tidak salah jika banyak pengunjung yang menikmati semua gabungan keindahan itu. Tidak cukup satu atau dua kali, bahkan beberapa kali tidak akan menimbulkan kebosanan. Aroma kopi, alunan musik, dan alam yang indah akan senantiasa memanggil kita untuk kembali lagi, lagi, dan lagi.
Ketika ada kegiatan kampus di Takengon, ke Teluk Mendale kami berlabuh. Melempar sauh di dasar Danau Lut Tawar dan menghabiskan waktu di sana dengan obrolan santai sampai gelap turun. Begitu juga ketika berkumpul dengan para alumni 1991 STM Negeri Bireuen. Persahabatan yang kuat di antara kami terasa kian mengakar di Teluk Mendale. Ketika suasana itu diabadikan dalam parade foto #monomad, keindahan itu terasa sempurna.
Di sini saya memotret kehangatan itu dengan kamera Canon SLR D-100 serta dengan I Phone 7 Plus tua. Saya juga menjadi objek foto dari kawan dengan latar Danau Lut Tawar yang tidak bisa ditawar-tawar keindahannya.[]